Rahim Pengganti

Bab 48 "Kepulangan Carissa"



Bab 48 "Kepulangan Carissa"

0Bab 48     

Kepulangan Carissa dari Rumah Sakit     

Kondisi Carissa sudah sangat membaik, apa lagi dengan kandungannya wanita itu sudah pulang ke rumah. Lebih tepat nya ke rumah Mama Ratih, wanita paruh baya itu tidak mengizinkan Carissa untuk tinggal seorang diri.     

Firasat seorang ibu bermain di sana, Carissa awalnya ingin menolak namun, wanita itu tidak mau membuat Mama Ratih sedih saat diri nya akan menolak. Hingga akhir nya Caca setuju, dengan usul tersebut.     

"Mama udah sibuk nelpon dari tadi. Takut bener kalau aku gak baik baik aja kamu Mbak," gerutu Siska.     

Carissa hanya tersenyum, memang sikap Mama Ratih yang overprotektif terhadapnya semakin terlihat. Apa lagi, saat tahu dirinya akan pulang mertuanya itu sudah menitipkan banyak hal untuk Siska.     

"Maaf ya. Jadi merepotkan kamu," ujar Carissa tidak enak.     

"Santai aja Mbak. Mama emang gitu, karena Mama gak mau melihat Mbak bersedih lagi. Dan Mama pengen yang terbaik untuk Mbak," jawab Siska.     

Bian yang ada di san, hanya bisa diam. Pria itu tidak tahu, harus bersikap seperti apa satu Minggu Carissa berada di rumah sakit selama itu juga Bian harus menjaga jarak dengan Caca. Kedua nya bisa bersama jika Siska atau Mama Ratih tidak ada. Caca terlihat sedih tapi dia tahu apa yang dilakukan oleh mertuanya itu karena suatu alasan yang terbaik.     

"Sudah selesai?" tanya Bian kepada keduanya. Pria itu lalu berjalan mendekati Siska dan Carissa.     

"Kalau Mas Bian gak mau nunggu, gak usah nunggu dari tadi tanya terus," gerutu Siska kesal. Gadis itu selalu melihat Bian dengan kesal dan marah. Tak pernah sedikit pun, apa yang dilakukan oleh Bian itu benar. Hal itu membuat Bian lebih banyak diam, dan Caca semakin tidak enak dengan sang suami.     

"Udah Mas. Ayo kita pulang. Mama pasti sudah menunggu kita," ucap Caca. Carissa langsung menengahi hal itu, supaya tidak ada perdebatan lagi antara keduanya. Bian tersenyum, meskipun dirinya sulit berada di dekat sang istri tapi Carissa tidak menjauh hal itu sudah cukup untuknya.     

***     

Di lain tempat seorang wanita sudah menghancurkan semua barang barang yang ada di dalam kamar nya, wanita itu terus berteriak histeris.     

"Bajingan. Awas kamu Carissa aku, akan membuat kamu menderita. Kamu selalu mengambil apa yang menjadi hak aku, awas kamu," ucap Della kesal.     

Kamar wanita itu sudah sangat berantakan, sejak kejadian itu Bian sampai detik ini tidak menampakan hidupnya sekali pun. Pria itu terlalu fokus dengan keadaan Carissa, hingga melupakan sosok Della yang selalu menunggunya.     

Della marah kesal dan tidak terima dengan kabar yang dirinya peroleh dari orang suruhannya. Mengenai keadaan Carissa yang baik baik saja.     

"Lihat saja, aku yang akan turun tangan membuat kamu menderita Ca. Lihat saja," ucap Della dengan penuh kebencian.     

Ceklek     

Pintu kamarnya terbuka, sosok pria yang selalu ada di dekat Della datang. Pria itu kaget dengan keadaan kamar yang sangat berantakan, banyak pecahan yang ada di lantai membuat pria itu sangat khawatir.     

"Kamu tetap di sana, diam jangan bergerak aku gak mau terjadi sesuatu sama kamu. Kamu diam di sana," ucapnya. Pria itu segera berteriak memanggil beberao asisten rumah tangga untuk membantu membersihkan kamar milik Della.     

Para asisten rumah tangga ini, sudah mengetahui mengenai hubungan Della dan Aiden. Semuanya tidak ada yang berani memberitahukan hal itu kepada Bian, karena Aiden selalu mengancam mereka semua yang acaman yang tidak main main.     

"Kamu kenapa?" tanya Aiden dengan nada khawatir. Pria itu segera memeluk erat Della, bagi Aiden tidak ada sedikitpun celah kesalahan di dalam diri Della. Bahkan ketika anak mereka meninggal akibat keguguran, Aiden tidak sedikitpun mengeluh atau marah kepada wanitanya itu.     

"Dia masih hidup. Aku gak suka, aku pengen dia mati," ucap Della kepada Aiden.     

"Nanti aku akan bantu kamu untuk mengatasi itu semuanya," jawab Aiden. Mendengar ucapan itu semakin membuat Della besar kepala, wanita itu tersenyum dengan sangat licik. "Kamu akan selalu menderita Ca, lihat saja," ucap Della dalam hati.     

***     

Mobil yang dikendarai oleh Bian sudah terparkir dengan sangat rapi halaman rumah sang Mama. Ketiganya pun, langsung turun. Bi Sumi dan Bi Susi yang sudah menunggu kedatangan mereka langsung mendekat dan menanyakan banyak hal.     

Keduanya juga meminta maaf, karena kecerobohan mereka membuat Caca berada di dalam keadaan yang tidak baik.     

"Maafkan bibi sekali lagi ya Bu. Bibi sungguh menyesal udah gak bisa menjaga ibu dengan baik," ucap Bi Sumi.     

"Iya Bi. Gak apa apa, namanya juga musibah dari Tuhan. Siapa yang bisa melarangnya, sebagai manusia kita hanya bisa meminta bantuan kepadanya."     

Bi Sumi dan Bi Susi saling berpandangan keduanya sangat bahagia mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Carissa. Wanita yang selalu memberikan kesan positif untuk semua orang.     

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Mama Ratih sudah menyiapkan beberapa, makanan kesukaan Carissa. Wanita paruh baya itu sendiri yang memasakannya spesial untuk menantunya itu.     

"Kamu harus banyak makan. Ini Mama sengaja masak untuk kamu, biar kamu semakin tumbuh sehat," ujar Mama Ratih.     

"Terima kasih Ma. Maaf aku jadi merepotkan Mama seperti ini," jawab Carissa tidak enak. Mertuanya itu sudah sangat perhatian kepadanya, padahal seharusnya Carissa yang bersikap seperti ini bukan malahan sang mertua.     

Mama Ratih tersenyum dan berkata. "Kamu bukan hanya Mama anggap seperti menantu Mama sendiri namun, juga sudah seperti anak Mama jadi kamu gak boleh sungkan ya Nak. Mama bahagia memiliki kamu dan bisa mengenal kamu," ucap Mama Ratih.     

Mereka pun kembali melanjutkan makanannya, sesekali terdengar suara gelak tawa dari ketiga wanita itu. Bian hanya bisa diam memperhatikan kedekatan mereka. Hatinya menghangat ketika melihat hal itu, bahagia itu lah yang di rasakan olehnya.     

***     

Malam harinya, Caca dan Bian sudah berada di ruang keluarga berkumpul bersama dengan Mama Ratih, sedangkan Siskan masih sibuk dengna urusan kuliahnya.     

"Kamu kalau butuh apa apa bilang sama Mama. Nanti bakalan Mama carikan untuk cucu Mama itu," ujar Mama Ratih.     

Carissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya, usia kandungan yang sudah ada di angka 21 minggu itu membuat semua orang tidak sabar menunggu kelahiran anak bayi itu.     

"Iya Ma," jawab singkat Carissa. Mama Ratih segera meminta Bian untuk mengajak Carissa masuk ke dalam kamar, untuk Caca bisa beristirahat.     

Di dalam kamar keduanya saling menatao atas sembari berpelukan, jika sedang berdua seperti saat ini. Bian baru bisa duduk dengan dekat, karena terkadang Mama atau adiknya sering kali menganggu Bian.     

"Maaf ya Sayang," ucap Bian. Mata pria itu menatap ke arah Carissa. Sudah berulang kali Bian mengatakan hal seperti ini, pria itu terlihat sangat menyesal. Carissa hanya tersenyum ke arah suaminya lalu memeluk erat Bian. "Semua sudah terjadi Mas. Tidak perlu lagi ada penyesalan, yang penting saat ini Tuhan sudah kasih aku dan kamu kesempatan untuk bisa lebih hati hati lagi," jawab Caca.     

Mendengar jawaban tersebut semakin membuat Bian yakin bahwa Carissa adalah rumahnya. Pria itu akan mengatakan isi hatinya kepada Carissa secepatnya. Keduanya tertidur dan berpelukan bersama, melewati malam ini dengan penuh cinta.     

###     

Hallo. Selamat membaca yaa, semoga tetap suka dengan kisah mereka. Terima kasih untuk kalian semua, love you guys dan sehat terus untuk semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.